MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGINTREPRETASIKAN PROYEKSI VEKTOR GAYA PADA MATERI HUKUM NEWTON BENDA MIRING BERBASIS WEB SIMULASI
Oleh Ngadi Parjoko, S.Si.
SMA Walisongo Karangmalang, Sragen, Jawa Tengah ngadiparjoko96@guru.sma.belajar.id
Abstrak
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri. Dalam pembelajaran sains khususnya Fisika selain dibutuhkan kemampuan dalam matematika dasar yang baik dan membuat narasi dalam menyimpulkan sebuah hukum atau konsep juga dibutuhkan kemampuan dalam menginterpretasikan grafik hubungan antara dua besaran. Salah satu inovasi yang dilakukan di SMA Walisongo Karangmalang saat pembelajaran Fisika materi Hukum Newton adalah dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis web simulasi. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa besar peningkatan kemampuan interpretasi grafik peserta didik dengan penggunaan model pembelajaran problem based learning berbasis web simulasi e-learning. Hasil tulisan ini dapat dijadikan referensi bahan evaluasi dan implementasi khususnya bagi guru Fisika yang ingin menerapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk optimalisasi hasil belajar fisika berbasis web simulasi.
Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), pembelajaran fisika, web simulasi
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengambangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan (Ihsan, 2011: 2). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, karena melalui pendidikan manusia memperoleh pengetahuan keterampilan dan nilai. Dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat membawa suatu bangsa kearah yang lebih baik. Untuk meningkatkan generasi muda yang berkualitas dan dapat bersaing pada abad 21 diperukan pendidikan yang lebih baik.
Salah satu bunyi Permendikbud yaitu “Pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi digunakan untuk meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran”(Permendikbud 2016, No 22). Dengan adanya pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan kualitas pendidikan, karena teknologi merupakan faktor pendukung dalam pembelajaran abad 21.
Di zaman ini telah terjadi pergeseran paradigma pendidikan, yang mana alat tulis yang sebelumnya digunakan sebagai alat untuk menulis telah bergeser kearah digital. Oleh karena itu peserta didik dituntut untuk siap dalam menghadapi generasi milenial yaitu generasi dimana mereka lebih cepat dari apa yang diajarkan terkait dengan pemanfaatan teknologi. Dengan adanya teknologi semua pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, salah satunya dibidang pendidikan.
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktif. Dengan adanya perubahan paradigma belajar maka ada perubahan fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan mengkontruksi konsep-konsep yang telah dipelajari.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa bertujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggungjawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran yang berpusat pada siswa salah satunya adalah pembelajaran berbasis masalah.
Dalam pembelajaran sains khususnya Fisika selain dibutuhkan kemampuan dalam matematika dasar yang baik dan membuat narasi dalam menyimpulkan sebuah hukum atau konsep juga dibutuhkan kemampuan dalam menginterpretasikan grafik hubungan antara dua besaran. Banyak para ilmuan melakukan demonstrasi dalam berbagai penyajian penulisan grafik dan tabel, mereka membuat dan menghubungkan untuk mengekspresikan ide, menafsirkan makna dan ide, menjelaskan fenomena dan membuat prediksi (Kozma Chin, Russhel dan Max: 2000).
Vektor gaya dalam pembelajaran Fisika sering menjadi pembahasan pada seluruh bahasan Hukum Newton. Dari kondisi ini penulis merasa kemampuan intrepretasi memproyeksikan vector gaya di materi Hukum Newton benda miring pada peserta didik sangat penting.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini:
bagaimana mengembangkan model pembelajaran Problem Based Learning yang dapat meningkatkan kemampuan memproyeksikan vektor gaya pada materi Hukum Newton pada benda miring berbasis web simulasi e-learning peserta didik?
Bagaimana efektivitas media pembelajaran berbasis teknologi yang dipadukan dengan merancang peta konsep untuk menguatkan pemahaman peserta didik?
C.Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan Penulisan dan pengembangan ini adalah:
Untuk mendeskripsikan seberapa besar peningkatan kemampuan interpretasi grafik peserta didik dengan penggunaan model pembelajaran problem based learning berbasis web simulasi e-learning.
Untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran berbasis teknologi dalam membantu pemahaman mengintrepretasikan proyeksi vektor gaya pada materi Hukum Newton pada benda miring berbasis web simulasi e-learning.
D. Manfaat
Dalam pelaksanaan penelitian ini melibatkan Kepala Sekolah, rekan sejawat, dan kontribusi siswa di SMA Walisongo Sragen. Berikut ini adalah salah satu hasil tampilan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa saat menggunakan web simulasi e-learning yang telah disediakan:
Gambar 1. Tampilan Simulasi Pembelajaran Fisika Proyeksi Vektor pada Benda Miring menggunakan Web Simulasi Ophysic (https://ophysics.com)
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat kepas SMA Walisongo Karangmalang. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Memberikan pengalaman positif dalam pembelajaran Fisika yang dapat digunakan oleh rekan sejawat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengintrepretasikan proyeksi vektor gaya pada materi Hukum Newton pada benda miring berbasis web simulasi e-learning.
Menumbuhkan motivasi belajar Fisika dan berfikir kiritis siswa
E. Kesimpulan
Dari keterangan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Model pembelajaran problem based learning yang dibantu dengan media simulasi interaktif dapat membantu pemahaman peserta didik dalam menginterpretasikan vektor gaya pada materi Hukum Newton pada benda miring
Merancang peta konsep dari hasil pembelajaran yang didapat peserta didik dapat mengkontruksi pemahaman peserta didik lebih komprehensif
F. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa saran, diantaranya:
Perlu menambah jumlah pertemuan untuk memperdalam kemampuan interpretasi grafik
Pembuatan LKPD yang lebih sederhana namun memuat langkah-langkah dan permasalahan yang kontekstual
Penggunaan alternatif media simulasi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sudirman. 1990. Media Pendidikan Pengajaran dan Pengembangan. Jakarta: Rajawali. Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga: Jakarta Balai
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Holida, S. M., Alawiyah, T., & Sutisna, H. (2016). Penerapan Animasi InteraktifDalam Pengenalan Aksara Sunda. Jurnal Informatika, 1(2), 111-122. https://doi.org/10.31311/ji.v1i2.39
Pernahkah Anda mengalamai “kesemutan“? Bisa dikatakan, kebanyakan orang pernah mengalami kesemutan. Sensasi menggelitik dan menusuk yang datang tiba-tiba di tangan atau kaki, bagaikan ditusuk-tusuk jarum kecil tersebut kerap kali menghinggapi seseorang kala kelamaan duduk.
Kejadian yang seperti itulah lazim dinamakan dengan “ kesemutan”, karena sensasi yang dirasakan mirip digerayangi ratusan semut di bawah kulit. Memang tidak sampai terasa sakit minta ampun, tapi rasanya lumayan tidak nyaman juga dan terkadang bikin susah bergerak. Anehnya, hanya dengan menggoyang-goyangkan kaki sebentar saja atau meluruskan kaki dan tangan yang kesemutan, sensasi itu perlahan menghilang.
Apa itu kesemutan? Dilansir dati Hello Sehat, kesemutan adalah kondisi yang Anda alami saat saraf di tangan atau kaki menerima tumpuan tekanan berat dalam waktu cukup lama. Dalam dunia medis, kesemutan disebut dengan paresthesia. Rasa menggelitik yang tidak nyaman ini biasanya terjadi di bagian-bagian tubuh yang rutin digunakan dalam kegiatan sehari-hari, misalnya kaki, lengan, atau tangan.
Definisi Kesemutan Menurut Pandangan Medis
Berlutut, duduk bersila, atau tidur bersedekap terlalu lama bisa menyebabkan sesasi menggerayang ini. Apa penyebabnya? Penyebab yang paling utama adalah saraf yang terjepit. Tubuh manusia memiliki miliaran saraf yang berfungsi sebagai jalur komunikasi dari otak dan tulang belakang ke seluruh tubuh.
Saat tangan atau kaki menerima begitu banyak tekanan dalam waktu lama, saraf-saraf yang menjalar di dalamnya akan terjepit. Saraf yang terjepit akan menyebabkan otak Anda kekurangan informasi mengenai sensasi indra peraba yang diharapkan datang dari kumpulan saraf tersebut.
Tekanan tersebut juga akan menghimpit pembuluh darah yang menyokong kerja kumpulan saraf tersebut. Akibatnya, saraf-saraf itu juga jadi tidak bisa menerima darah dan oksigen yang mereka butuhkan dari jantung. Ini menyebabkan pesan sensorik saraf jadi terblokir sehingga anggota tubuh yang bermasalah ini akan “mati rasa”. Selain saraf yang terjepit, misalnya karena Carpal Tunnel Syndrome (CTS), ada banyak kondisi lain yang bisa menyebabkan Anda mengalami kesemutan.
Sebagai contoh, gigitan serangga atau hewan, racun alergen dalam makanan laut, sakit kepala migrain, atau terapi radiasi. Konsumsi alkohol berlebihan hingga kekurangan gizi seperti vitamin B-12, kalium, kalsium, dan natrium dalam tubuh juga bisa menyebabkannya. Kadang, cedera tertentu bisa menghasilkan sensasi kebas atau menggelitik seperti tertusuk, misalnya cedera saraf leher atau hernia tulang belakang (herniated disk/nucleus pulposus atau slipped disk). Demikian juga dengan peradangan atau pembengkakan sumsum tulang belakang atau pada otak. Keduanya bisa memberikan tekanan pada satu saraf atau lebih.
Makanan yang Perlu Diperhatikan
Tiga tahapan kesemutan Kesemutan sebenarnya terjadi dalam tiga tahap. Satu sampai empat menit setelah tangan atau kaki menerima tekanan berat adalah tahap pertama yang disebut “kompresi menggelitik”. Sensasi yang muncul pada tahap ini digambarkan seperti luapan busa minuman soda yang terasa samar, atau seperti dengungan.
Tahap kedua biasanya dimulai sepuluh menit setelahnya, disebut dengan “mati rasa”. Sensasi kebas ini akan berlangsung selama tekanan pada saraf dan pembuluh darah kaki masih berlangsung. Akhirnya, setelah tekanan diangkat, tahap ketiga mulai mengambil alih proses ini: kesemutan. Kita semua sudah sangat akrab dengan sensasinya yang terasa seperti tusukan yang menggelitik dan geli mengganggu.
Sensasi kesemutan ini disebabkan oleh proses saraf perifer yang kembali bekerja untuk mengirimkan pesan rasa sakit ke otak. Kumpulan saraf lain, seperti saraf yang berfungsi mengatur suhu tubuh, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Kesemutan biasanya akan terasa lebih menyakitkan daripada kedua tahap yang mengikutinya, tetapi kemudian akan perlahan mereda.
Kita biasanya tidak dapat mengetahui persis kapan sensasi tersebut akan kembali normal. Bagaimana cara mengatasinya? Sensasi kesemutan dapat diatasi dengan mengangkat tekanan dari bagian tubuh yang terpengaruh, misalnya dengan berdiri dan berjalan sebentar setelah duduk bersila terlalu lama, atau menggoyang-goyangkan tangan. Hal ini akan memungkinkan suplai darah kembali normal, sehingga menghilangkan sensasi mati rasa dan menggelitik yang menyulitkan Anda. Setelahnya, kaki dan tangan akan berfungsi normal seperti sedia kala.
Kesemutan yang perlu diwaspadai Kesemutan umumnya bersifat sementara. Namun pada banyak kasus, kesemutan bisa menjadi kondisi medis yang berat, kambuhan, atau kronis. Kesemutan kronis biasanya akan diikuti oleh gejala lainnya, misalnya nyeri, gatal, dan penyusutan/kelemahan otot.
Dalam kasus tersebut, kesemutan bisa menjadi tanda dari kerusakan saraf sebagai hasil dari beragam kondisi medis yang mendasarinya, misalnya kejang, cedera traumatik atau berulang, infeksi bakteri atau virus, pengerasan arteri, dan penyakit sistemik seperti stroke, diabetes, penyakit hati, ginjal, gangguan tiroid, hingga kanker. Kerusakan saraf seperti ini disebut dengan neuropati perifer. Ada lebih dari 100 jenis berbeda dari neuropati perifer, dan seiring waktu kondisi ini dapat semakin parah dan menyebabkan penurunan mobilitas tubuh hingga disabilitas.
Kesemutan juga bisa sebagai pertanda awal dari beberapa penyakit autoimun dan turunan, seperti Guillain-Barre syndrome, lupus, arthritis rematoid, Raynauds syndrome, dan Charcot-Marie-Tooth syndrome. Kapan harus ke dokter?
Gejala lain yang harus Anda perhatikan mencakup perasaan bingung dan linglung, sulit fokus, bicara cadel, gangguan penglihatan, perasaan lemah atau sakit parah, dan kehilangan kendali atas saluran pencernaan atau kandung kemih Anda. Segera cari bantuan medis terdekat jika Anda mengalami kondisi-kondisi di atas setelah Anda mengalami kesemutan yang terasa tidak biasa, atau mengalami cedera punggung, leher, atau kepala yang membuat Anda tidak dapat berjalan atau bergerak. Kehilangan kesadaran setelah mengalami kesemutan juga merupakan tanda peringatan bahwa Anda harus segera mencari pertolongan medis.
Demikian sekilan informasi mengenai Fenomena Kesemutan pada Manusia. Semoga bermanfaat, salam.
Pengertian Dimensi Besaran dan Penggunaanya dalam Fisika – Apakah kalian sudah mengetahui apa yang dinamakan dimensi? Untuk memahaminya kalian dapat mencermati pertanyaan berikut. Digolongkan dalam besaran apakah besaran gaya itu? Materi kita kali ini melanjutkan materi besaran dan pengukuran Fisika yang telah kita bahas sebelumnya.
Tentu kalian menjawab besaran turunan. Diturunkan dari besaran pokok apa saja gaya itu? Jika kalian cermati kembali contoh yang sudah saya sampaikan sebelumnya, maka kalian akan mengetahui satuan gaya yaitu kg.m.s-2.
Dari satuan ini dapat ditentukan besaran-besaran pokoknya yaitu massa, panjang dan dua besaran waktu. Penggambaran suatu besaran turunan tentang besaran-besaran pokok penyusunnya seperti di atas dinamakan dimensi. Dimensi dari tujuh besaran pokok telah disusun dan digunakan sebagai dasar dimensi besaran turunan.
Menentukan dimensi suatu besaran turunan dapat ditentukan dari satuannya, tentunya dapat dilakukan dengan mengetahui persamaan yang ada.
Misalkan saja Anda ingin mencari dimensi dari Luas.Maka luas merupakan hasil perkalian dari besaran pokok panjang dengan panjang. Kita tahu, bahwa satuan panjang adalah meter dan dimensinya L. Maka, dimensi dari luas adalah [L] kuadrat. Hal ini bisa Anda terapkan pula ketika ingin menentukan besarnya dimensi dari besaran pokok lain, misalnya Gaya.
Gaya merupakan hasil dari perkalian massa dan percepatan. Sedangkan percepatan sendiri adalah perubahan kecepatan terhadap waktu. Dari situ, Anda akan menemukan dimensi penyusun dari tiap bagian sehingga ketemu dimensi yang ditanyakan (gaya).
Maka,
Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi
Untuk lebih jelasnya, gambar di bawah ini adalah contoh dimensi dalam fisika:
Contoh dimensi dalam fisika
Berdasarkan gambar tabel di atas, Anda dapat mencari dimensi suatu besaran yang lain dengan cara mengerjakan seperti pada perhitungan biasa. Untuk penulisan perkalian pada dimensi, biasa ditulis dengan tanda pangkat positif dan untuk pembagian biasa ditulis dengan tanda pangkat negatif.
Setidaknya menurut saya Anda sudah memperoleh gambaran secara jelas.
Manfaat Dimensi
Jika kalian memahami dimensi dengan seksama maka kalian akan menemukan suatu manfaat dari dimensi. Manfaat itu diantaranya adalah seperti berikut.
(1) Dimensi dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran suatu persamaan.
Dalam ilmu fisika banyak dibantu dengan bentuk-bentuk penjelasan sederhana berupa persamaan fisika. Bagaimanakah cara kalian membuktikan kebenarannya? Salah satu caranya adalah dengan analisa dimensional. Analisis dimensional adalah suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu besaran turunan, dengan cara memerhatikan dimensi besaran tersebut.
Perhatikan contoh penerapan analisis demensional di bawah ini:
contoh penerapan analisis demensional
(2) Dimensi dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran dari besaran-besaran yang mempengaruhinya.
Untuk membuktikan suatu hukum-hukum fisika dapat dilakukan prediksi-prediksi dari besaran yang mempengaruhi. Dari besaran-besaran yang berpengaruh ini dapat ditentukan persamaannya dengan analisa dimensional. Bahkan hubungan antar besaran dari sebuah eksperimen dapat ditindak lanjuti dengan analisa ini.
Perhatikan penerapannya di bawah ini:
Contoh Dimensi dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran
Demikian sekilas informasi mengenai Pengertian Dimensi Besaran dan Penggunaanya dalam Fisika. Jika ada kata-kata dari penjelasan saya yang belum jelas, silakan disampaikan untuk kita diskusikan kembali njeh. Jangan lupa share dan salam sukses untuk kita bersama, salam. (M. Sahil Luqman)
Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater – Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”, rasa keindahan. Meskipun ukurannya tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia sadar atau tidak menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita memantas diri dalam berpakaian, memilih dasi, memilih sepatu, dan berdandan (sekedar contoh).
Senantiasa rasa keindahan berperan memandu perilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis yang pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi. Dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena keindahan. Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita selalu dipandu oleh rasa keindahan.
Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater
Katakanlah dalam menata arsitektur rumah tinggal, memilih perabotan rumah tangga, televisi, kulkas, otomotif, sampai kepada pembelian piring, sendok, garpu, dan segala macam barang yang kita gunakan di kota. Demikian pula pada kehidupan di desa, hampir semua benda yang dibutuhkan memiliki kaitan dengan rasa keindahan dan seni, seperti kain tenun, keris, batik, ornamen, busana, keramik, perhiasan, alat musik, dan banyak lagi.
Hal yang sama terdapat pula di daerah pedalaman, betapapun sederhana tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, motif ornamen, tari-tarian, musik, dan banyak sekali karya-karya seni etnik yang sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, menjadi jelas bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah sebabnya kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal.
Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kriya) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kriya (kriya keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis.
Dari proses penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praksis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan makna karya seni.
Aktivitas ini dapat dilatih sebagai kemampuan apresiatif secara lisan maupun tulisan. Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam menyimpulkan makna seni.
Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran makna seni), apresiasi (menerima dan menghargai makna seni, dan evaluasi (menyimpulkan nilai seni). Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi pengamatnya.
9 Sikap Ilmiah Seorang Ilmuwan dalam Biology Science yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
9 Sikap Ilmiah Seorang Ilmuwan dalam Ilmu Biologi
1. Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat pribadi dari seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
4. Kepedulian Terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
5. Berpendapat Secara Ilmiah dan Kritis
Pendapat seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus kritis terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di sekitarnya.
6. Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi
Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu. Usulan tersebut selalu diembannya dengan baik dan dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannya dalam bentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
7. Bekerja Sama
Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan diri sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain.
8. Jujur Terhadap Fakta
Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak boleh memanipulasi fakta demi kepentingan penelitiannya karena penelitian yang baik harus berlandaskan pada studi kepustakaan yang benar agar kelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama, didapatkan hasil yang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin bahwa itulah yang sebenarnya.
Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendek untuk menghasilkan sebuah teori, tetapi kadang kala memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan bertahun-tahun. Seorang peneliti yang baik harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh malas, mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidak mudah putus asa. Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Sejarah Asal Mula Ilmu Kimia – Pada dasarnya, ilmu kimia moderen telah berkembang sekitar 2 abad yang lalu yang diketahui dari study kuno yang dilakukan para ahli Alkimia atau ahi alkemi selama 2000 tahun sebelumnya. Dengan begitu, maka pertama mucul bukanlah ilmu kimia melainkan Alkimia.
Sebelumnya, sebagian orang memang belajar dan belajar ilmu kimia dengan tujuan yang sama, yakni ingin merubah logam biasa menjadi bentuk lain yang memiliki nilai lebih tinggi. Sebut saja misalkan emas, tambaga, timah dll yang mempunyai nilai yang mahal.
Ilmu Alkimia dapat diketahui dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para filsuf (alhi filsafat) tukang sihir, dan para pengamat astronomi (pengamat bintang ahli nujum). Tulisan awal tentang ilmu Alkimia diketahui berasal dari Mesir (1500 SM), Cina (600 SM), dan Yunani (500 SM). Jika diartikan dari bahawa Arab, Alkimia berasal dari kata al-Khem yang berarti “seni dari Mesir”.
Ketika melihat fakta sejarah demikian, kemungkinan besar Alkimia juga dipelajari pertama kali oleh orang Islam di Mesir. Wallohu a’lam.
Para Ahli Alkimia berpendapat, bahwa di alam semesta ini hanya terdiri dari empat komponen utama, yakni udara, air, tanah dan api.Setiap unsur memiliki dua dari keemoat sifat tadi, dingin, kering, panas dan basah.
Kemuculan Teori Alkimia di Dunia
Sejarah Asal Muasal Ilmu Kimia
Dari sejarah tersebut, maka teori alkimia menjelaskan tentang keempat unsur penyusun semesta ini seperti anggapan mereka. Menurut mereka, Api mlerupakan gabungan dari panas dan kering; tanah gabungan dari basah da dingin; udara gabungan dari kering dan dingin; dan air gabungan dari basah dan panas. Penjelasan tersebut menjadi salah satu dasar penjabaran peristiwa mendidih, mencair, membeku,menyublim dll.
Dari berbaagai penelitian tersebut, akhirnya ilmu Alkimia mencapai puncaknya sekitar 1400 Masehi. Setelah masa itu, orang -orang mulai meragukan berbagai teori dari ilmuan Alkimia. Dengan proses kemunduran Alkimia, banyak orang mulai berbodong-bondong melakukan uji coba dengan lebih teliti untuk membuktikan teori masing-masing.
Sehingga pada akhirnya, muncul ide gagasan guna mempermudah penelitian mereka, faktanya juga masih digunakannya ilmu Alkimia dan terlahir ilmua Kimia. Kedua teori keilmuan tersebut disinergikan bersama-sama. Kelahiran ilmu kimia tersebut terjadi kurang lebih adab ke -17.
Tanda kebangkitan ilmu kimia dengan penerbitan sebuah buku dengan judul The Sceptical Chymist oleh ilmuan Inggris bernama Robert Boyle (tahun 1627-1691). Boyle menunjukkan penelitian dari konsep Alkimia sebelumnya dengan eksperimen yang membuktikan bahwa sistem empat unsur tidak dapat menjelaskan sifat untuk banyak Zat.
Boyle menjelaskan bahwa setiap unsur adalah zat tunggal murni yang tidak dapat dipecah lagi menjadi zat yang lebih sederhana. Konsep inilah yang sampai saat ini “dikenal” dengan sebutan “atom”.
Dengan kemunculan teori inilah, seiring berjalannya waktu teori Alkimia mulai luntur dan banyak para ilmuan mulai gencar meneliti zat-zat untuk sekedar mengetahui sifat-sifatnya.
Perkembanga Ilmu Kimia
Sekitar tahun 1766, ahli kimia asal Inggris bernama Henry Cavandish menemukan cara membuat gas hidrogen dengan menuangkan asam pada logam, seperti besi dan seng. Dari hal itu, beliau mengatakan bahwa gas tersebut merupakan “udara yang mudah terbakar” dengan terlihatnya percikan api korek apai mudah sekali membakarnya.
Penelitian berlanjut. Sekitar tahun 1772, ahli kimia Swedia bernama Carl Scheele (1742-1786) menemukan oksigen dan udara. Pada tahun 1781 Kimiawan Inggris bernama Joseph Priestley (1733-1804) menunjukkan bahwa air terbentuk manakala hidrogen terbakar di udara. Selanjutnya, Cavendish membuat air dengan membakar hidrogen dalam oksigen. Semua pekerjaan eksperimen ini dikumpulkan selama 15 tahun.
Pada tahun 1783, kimiawan Perancis bernama Antoine-Laurent Lavoisier mengulang eksperimen Cavendish dan menggunakan gagasan tentang unsur untuk menjelaskan hasil percobaan yang telah ada sebelumnya.
Dia juga mengatakan bahwa logam adalah unsur , sedangkan asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen. Jika asam dan logam bercampur, maka logam menggantikan tempat hidrogen yang terlepas dalam bentuk gas. Gagasan Lavoisier, bahwa unsur-unsur dapat memisahkan diri dan dapat bergabung lagi satu sama lai dalam kombinasi berbeda. Dan pernyataan ini menjadi salah satu dasar perkembangan ilmu kimia moderen saat ini. (M. Sahil Luqman)
Komentar Terbaru